Selasa, 06 Januari 2009

Mahasiswa di tengah Era Konsumerisme

Perkembangan dunia yang semakin pesat membawa sebuah kebudayaan baru bernama kebudayaan konsumerisme atau yang akrab disebut dengan budaya konsumtif. Budaya ini secara ringkas bermakna dalam membeli dan menggunakan suatu produk, seseorang tidak menggunakan akal pikirannya secara sehat sehingga mereka tetap memakai atau membeli barang tersebut meskipun barang tersebut tidak termasuk barang kebutuhan pokok. Biasanya seseorang yang menjadi konsumtif tidak memikirkan efek dan konsekuensi yang timbul ketika mereka mengambil keputusan untuk membeli barang tersebut. Dalam beberapa kasus dewasa ini, banyak rumah tangga yang pengeluarannya lebih besar daripada pendapatannya karena tergiur untuk menggunakan berbagai macam barang yang tidak perlu dan tidak menjadi kebutuhan pokok mereka.

Budaya konsumtif lambat laun menyerang dan menginfeksi mahasiswa yang notabene merupakan remaja yang beranjak dewasa dan sedang mencari identitas diri. Perkembangan budaya serba instan dan konsumtif yang dapat diakses melalui berbagai media, seperti internet, majalah, televisi, radio, dan surat kabar menjadikan budaya ini dapat menyebar dengan cepat di kalangan mahasiswa. Banyaknya kafe, mall, distro, FO (Factory Outlet), dan diskotik menjadi pertanda bahwa konsumerisme menjadi suatu identitas yang melekat di mahasiswa karena sebagian besar pengunjung tempat-tempat tersebut adalah mahasiswa. Hal yang terjadi adalah mahasiswa kehilangan banyak waktu untuk belajar dan mengasah daya analis mereka di bangku perkuliahan karena mengikuti trend mode yang sedang populer di kalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan perkuliahan karena semalaman begadang di kafe atau pergi ke mall hanya karena dalih bosan kuliah dan ingin mencari suasana baru.

Kenyataan ini sungguh ironis mengingat mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa dan di pundak mahasiswalah harapan semua orang bertumpu. Mahasiswa yang terpengaruh budaya konsumtif dan sulit melepaskan diri dari pengaruh teman-temannya yang sama-sama berperilaku konsumerisme perlahan-lahan akan kehilangan daya pikir, logika, nalar, dan analisisnya. Akibatnya adalah kita terancam kehilangan generasi penerus yang pandai, idealis, kritis, dan dapat memberi solusi atas permasalahan yang timbul. Dalam lingkup yang lebih luas negara kita terancam kehilangan pemimpin yang dapat diandalkan untuk memimpin bangsa yang pada akhirnya dapat mengakibatkan negara kita akan mudah dikuasai oleh negara lain.

Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya konsumtif bagi mahasiswa perlu diadakan sosialisasi tentang perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam konsumerisme dan menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Dalam memilih barang mahasiswa perlu membuat skala prioritas dalam berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-benar diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak diperlukan. Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari juga diperlukan untuk mengatur keuangan mahasiswa agar pendapatan yang biasanya berasal dari orang tua tidaklah lebih kecil daripada pengeluaran. Selain itu, ada lagi hal penting yang tidak bisa dilupakan, yaitu adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga mahasiswa dapat membentengi diri dari pola hidup konsumerisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar